Kemeriahan Sekali Setahun

Pasar kaget Tanjunguma di hari pertama Ramadhan

Berkunjung ke pasar kaget Tanjunguma
Beragam kulineri khas melayu hingga khas Banjar

Sejak pagi hujan mengguyur Batam dengan derasnya di hari pertama Ramadhan, dan baru redah menjelang sore. Namun suasana di Pasar Tanjunguma sejak siang sudah ramai dengan penjual makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Jualan yang mereka susun di meja-meja dilindungi dengan terepal agar tidak dibasahi hujan.

Pedagang yang hanya ada di bulan Ramadhan ini semuanya adalah warga Tanjunguma sendiri. Mereka menjual bermacam-macam makanan khas melayu, dari kue kole-kole hingga ikan bakar dengan bumbu melayu yang khas.

Memasuki Tanjunguma di bulan puasa, seperti kembali ke masa kampung-kampung melayu di masa lampau. Beragam makanan melayu yang di hari biasa tidak kita temukan, di bulan puasa makanan yang selalu dirindukan masyarakatnya itu akan kita jumpai di pasar kaget Tanjunguma selama bulan puasa.

Aroma ikan bakar menyergap hidung begitu kita mendekati lokasi pasar kaget Tanjunguma. Seakan menyapa setiap pengunjungnya. Meja – meja pedagang musiman itu berderet-deret di kiri kanan jalan yang sempit. Meja – meja itu memanjang sepanjang 500 meteran, dari sekitar Masjid Al Hikmah hingga ke ujung pasar.

Pasar kaget Tanjunguma di bulan puasa ini sudah ada sejak medio tahun 80-90an, namun tidak seramai sekarang ini.”Seingatku baru satu dua orang aja yang berjualan kalau bulan puasa,” Mardiah, 42, mengingat-ingat masa kecilnya.

Perempuan kelahiran Tanjunguma ini, juga memanfaatkan bulan puasa untuk berjualan kue khas melayu warisan dari nenek moyangnya. Seperti kue tepung gomak, kole kacang, puteri salad, putu piring. Kue-kue khas melayu ini penampilannya unik dan mengundang selera, dan tentu saja rasanya manis dan enak.”cocok untuk takjil,” ujar Mardiah.

Bahan-bahan yang dipakai untuk kue tersebut juga menggunakan bahan-bahan alami, seperti tepung beras, kacang ijo, kelapa, dan gula merah. Bahkan putu piring menggunakan campuran kunyit untuk mewarnai tepung kue putu piring.

Selain kue-kue tadi, yang mudah kita jumpai di bulan puasa adalah roti jala atau roti kirai, laksa goreng, dan laksa kuah. Adalah Saliah, 50, konsisten menjual makanan itu setiap Ramadhan. Sejak beberapa tahun lalu, Saliah setia dengan dagangannya tanpa mau menambah dan mengurangi jenis makanan jualan musimannya itu.”Hargapun tetap sama dengan yang dulu, Rp5000 saja perbungkus,” ucapnya.

Jenis minumannya yang akan kita jumpai adalah minuman yang terbat dari ekstrak buah dan bunga mawar. Warnanya mencolok, seperti air jagung berwarna kuning pekat, air cincau dengan warna hitam, air tebu mencolok dengan warna hijaunya, dan air bunga mawar dengan warna merahnya. Di nampan, empat minuman itu tampak mencolok dan menarik.”Kalau cuaca cerah penghasilan bersih bisa mencapai Rp200ribu hingga Rp400 ribu per harinya,” Maya, 40, pedagang air itu mengungkapkan dengan wajah sumringah.

Makanan laut (seafood) Tanjunguma di bulan Ramadhan cukup terkenal dengan kesegaran dan rasanya yang gurih. Bermacam-macam jenis makanan dari laut, seperti jenis ikan, kepiting, dan kerang-kerangan dimasak dengan bermacam-macam rasa.

Adalah Umi, 53, yang menjual lobster, kerang dan rajungan. Lobster tiga ekor dijual dengan harga Rp15 ribu, rajungan besar dibanderol Rp20 ribu per ekornya, sedangkan kerang bulu dijual Rp7 ribu per bungkusnya, semuanya satu paket dengan sambal dan lalapannya.

Selama berjualan di bulan puasa, Umi mendapatkan laba cukup lumayan.”Biasanya cukup lumayan, seperti puasa tahun lalu keuntungannya mencapai Rp4,5 juta,” ungkap Umi, penjual sate dan ayam penyet di luar bulan Ramadhan ini.

Tak hanya makanan dan minuman khas melayu Kepri saja yang ada di pasar kaget Tanjunguma, kue khas Banjar, Kalimantan juga ada. Seperti kue karraban, sari muka, roti jagung, kue selat, dan kue amparan. Semua kue ini prosesnya masaknya dikukus dalam loyang. Kue kararaban warnanya yang cokelat kehitam-hitaman menarik perhatian. Kue yang terbuat dari tepung beras, gula merah ini ditaburi dengan adas manis sehingga tampilannya seperti taburan mocca atau kopi. Rasanya manis legit dan ada rasa seperti kayu manisnya.

Rudi, 48, orang Banjar yang kini menetap di Marchelia, Batam Centre, jauh-jauh datang ke pasar kaget Tanjunguma meskipun hujan, hanya untuk membeli kue-kue asli kampungnya sekadar menghilangkan rasa rindu kampung halamannya.”Mau pulang kampung kejauhan mas..ya beli ke sini aja meskipun lumayan jauh,” katanya setelah membeli sekantong kue kampungnya itu.

Bulan istimewa bagi ummat muslim ini, memang memberi berkah. Banyak warga biasa yang memanfaatkan untuk berjualan keperluan berbuka puasa. Semuanya menggoda selera. Berkah ini juga dirasakan oleh keluarga Kamaruddin, 37.

Keluarga asal Tanjungbatu ini sudah lima kali puasa berjualan ikan bakar. Pria berkumis ini dibantu istri dan anaknya menjual ikan bakarnya.”Ikan bakar kami khas dengan bumbu Tanjungpinang,” ungkap Yunita, 34, istri Kamaruddin sambil membungkus potongan ikan pari, ikan belanak, dan ikan putih yang sudah masak dibakar dengan daun pisang. “Kami juga jual pepes ikan kembung,” Kamaruddin menimpali istrinya.

Pria yang sehari-harinya berjualan barang pecah belah ini mengaku ketiban rezeki bila Ramadhan tiba, penghasilannya bertambah. “Penghasilan bersih selama bulan puasa bisa mencapai Rp3 juta, sedangkan jualan pecah belah hanya separunhya,” tukas ayah tiga anak yang menetap di Tanjunguma sejak 1982 silam ini.

Ingin mencicipi buka puasa dengan makanan khas melayu, singgahlah di pasar kaget Tanjunguma. (esont)***

Alwi Kohar, 56, mengiris ikan bawal jumbonya.

Berkah Di Bulan Ramadhan

Hari belum pagi, langit masih gelap. Jarum jam baru menunjukkan pukul 23.30 WIB. Alwi Kohar, 56, sudah bergegas keluar dari rumahnya di Tanjunguma untuk belanja ikan di Pasar Toss 3000, Jodoh, Selasa (10/8) lalu.

Segepok uang Rp1juta ia masukkan ke dalam kocek celananya sebagai modal pertama berjualan ikan bakar di Pasar Tanjunguma esok hari. Ojek yang dipesan sudah menunggu,”Cepat sikit ya..nanti tak kebagian ikan yang bagus-bagus,” Alwi mengingati ojek pesanannya. Tak sampai sepuluh menit, Alwi sudah sampai di tujuan. Pedagang ikan segar dan sayur-mayur sudah menggelar dagangannya yang memadati jalan seputar Ramayana Jodoh itu.

Suasana pasar lebih ramai dari biasanya, karena hari itu merupakan hari pertama Ramadhan yang jatuh pada tanggal 11 Agustus 2010. Alwi merupakan penjual ikan bakar musiman, berjualan hanya di bulan ramadhan saja. Sedangkan di hari-hari biasa Alwi berprofesi sebagai nelayan. “Lo..nelayan kok beli ikan?” tanyaku heran. “Kalau nangkap sendiri biayanya lebih mahal,” jawabnya sembari tersenyum.

Tak hanya Alwi Kohar yang belanja lebih awal ke pasar, pedagang musiman sepertinya dan ibu rumah tangga biasa berebut ikan- ikan segar.

Keasyikan memilih dan menawar ikan, tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB. Beragam jenis ikan jenis berukuran besar, seperti ikan kerapu merah, ikan kerapu hitam, ikan bawal, ikan lebam, dan ikan sagai, sudah memenuhi dua kotak streofoam besar milik Alwi.

Karena khawatir tidak cukup waktu untuk sahur di rumah, Alwi memutuskan untuk sahur di Pasar Toss 3000. Setelah menuntaskan sahurnya, Alwi segera pulang. Begitu sampai di rumah, istri tercintanya langsung mengolah ikan-ikan yang dibelinya termasuk persiapan bumbunya.” Setelah subuh semua sudah siap jual,” ucap Alwi.

Siangnya, sekitar pukul 13.00 WIB Alwi sudah menyiapkan segala sesuatunya, seperti tempat pembakaran ikan, meja, dan arang untuk pembakarnya di Seberang Masjid Nurul Hikmah, Tanjunguma, berjejer dengan penjual musiman lainnya di pasar kaget ramadhan Tanjunguma.

Cara membakar ikannya pun, Alwi beda dengan penjual ikan bakar lainnya. Ikan yang telah dibumbui hanya diletakkan di atas pembakar tanpa dikipas sehingga tidak mengeluarkan asap yang banyak. “saya menggunakan batubara (briket arang dengan campuran batubara) sehingga tak usah capek-capek ngipas lagi,” ujarnya.

Gerimis yang turun tak mampu menyurutkan warga Tanjunguma sendiri maupun warga yang jauh dari Tanjunguma untuk singgah di pasar kaget yang banyak menjual makanan khas melayu itu. Penjual makanan untuk berbuka puasa itu memadati jalan yang tak begitu lebar, bahkan bisa dibilang sempit dari samping masjid Al Hikmah hingga ke ujung pasar di Kampung Agas.

Jalan yang sempit itu semakin sesak dengan pembeli yang berjubel. Semakin sore warga yang datang semakin banyak. Aroma ikan bakar yang terbawa oleh asap dan aroma kue-kue melayu yang beraneka ragam jenisnya menggoda selera.

Menjelang waktu berbuka puasa, ikan bakar Alwi ludes.”Alhamdulillah, ini berkah Ramadhan,” ucap Alwi.

Penghasilannya menjual ikan bakar selama Ramadhan cukup lumayan, seperti puasa dua tahun lalu, Alwi meraup keuntungan bersih Rp9 juta. Sedangkan tahun lalu tidak begitu besar hanya Rp5 juta.”Jualan ikan bakar di bulan puasa terasa nikmat, kalau dibandingkan hari-hari biasa. Melaut menghabiskan waktu yang panjang dan hasilnya tak pasti,” kata lelaki asal Selatpanjang ini, yang menetap di Tanjunguma sejak 1992 silam. (esont)

Galery Foto :

Ikan bakar bumbu Tanjungpinang.
Pari bakar.
Lobster.
Rajungan.
Pepes.
Laksa goreng.
Roti Jala atau Roti kirai.
Kole Kacang.
Tepung gomak.
Putu piring.
Air jagung, mawar, tebu, dan cincau.
Kue Banjar ; Kararaban, Sari muka, Kue selat , dll.

~ oleh esont pada Agustus 16, 2010.

11 Tanggapan to “Kemeriahan Sekali Setahun”

  1. menyesaalllllll saya baca tulisan ini pas puasa..!! harusnya nunggu waktu buka baru baca & liat” foto..!! arghhh..!! cobaannn beraddd..!!

  2. he he he..ya kunjungi aja pasar kaget tanjunguma sekarang bradaaa..!

  3. Sedang pengen makan putu piring, terakhir makan th 1990. Ternyata ada toh di Tg Uma ?! Thanks infonya. Kalo ke Indonesia, mau cari ah.

  4. salam kenal.. ya ampoon… smua kue yg ada digambar adalah kue kesukaan saya sejak dr kecil… terakhir kali sy cicipin dah 6 thn yll… ngileeer betul rasanya khususnya kue putu piring,kole kcg,tpg.gomak, terlebih2 lakse goreng n kuahnya,daerah laen tak ade yg jual makanan cam tu,jd pengen pulkam… hicks…hicks…hicks… homesick… btw itu tg.uma yg ada di tg. balai karimun bukan?

  5. Nyesal baru bace skrg ni.. Tak tau klau di tjg uma byk makanan khas melayu pas bulan puase.. Tepakse nunggu tahon dpan.. Klau bkan blan puase, ade tak yg jual makanan melayu di batam? Tolong Info ye? Makasi sbelumnye..

  6. Rindu nak makan masakan melayu.. Kalau tak bulan puase, ade jual tak makanan macam ni? Tolong bagi info ye? Makasi..

  7. susah menemukan makanan ini di luar bulan puasa

  8. seneng dengan artikel ini……….

Tinggalkan Balasan ke esont Batalkan balasan