Baru Merasa Jadi Artis Setelah 26 Tahun Berkarir

Mengenal Lebih Dekat Kak Ros, Komentator Dangdut Academy Asia

Publik Indonesia mengenalnya sebagai Kak Ros. Komentator ajang pencarian bakat penyanyi dangdut tingkat Asia di televisi Indosiar. Namun, publik Indonesia belum tahu banyak sepak terjangnya di dunia hiburan. Kepada Batam Pos, di lobi Hotel Amir, Harbourbay, Minggu (5/2/2017) silam, dia mengisahkannya.

Yusuf Hidayat, Batam

Nama aslinya Roslina binti Musa. Lahir di Singapura 9 Juni 1971. Mengenakan kaos kasual warna merah yang dipadukan dengan blue jeans, Kak Ros menyapa ramah. Belum sempat duduk, sudah banyak tamu hotel yang kebetulan ada di lobi minta foto bersama. “Oke,” dengan ramah Kak Ros merespons penggemarnya. Dari anak-anak, ibu-ibu maupun bapak-bapak bergantian foto bersama.

Karirnya dimulai ketika usianya menginjak remaja, tepatnya saat 17 tahun. Putri pasangan Musa bin Abbas yang berdarah Bugis dan Rukiyah yang berdarah Bawean ini, mulai percaya diri ikut kontes menyanyi di televisi Singapura.

Pertama ikut langsung dapat peringkat meskipun tidak sampai ke final. Dari prestasi itulah Ros mulai dikenal khalayak ramai, termasuk produser stasiun tv.

Meskipun belum juara, namun Ros sering mendapat undangan menyanyi di televisi. Ros juga pernah mengikuti kompetisi lagu tingkat Asia yang populer di tahun 90an, yaitu Asia Bagus. Ajang yang mengantarkan Kris Dayanti populer di dunia tarik suara sehingga diakui sebagai salah satu diva di Indonesia.

“Di Asia Bagus 1990 sampai semi final. Saat itu, saya bawa lagu Sinaran dan Antara Anyer dan Jakarta, lagunya Sheila Majid,” kata Ros.

Ternyata tidak hanya berbakat di bidang tarik suara, Ros juga punya talenta di dunia peran dan fashion. Istri dari Muhammad Farid, 49, ini pernah menekuni dunia peran meskipun dalam bentuk telemovie. “Hasilnya dijual dalam bentuk vcd,” ungkap Miss Eastcoast 1991-1992 itu.

Usia remajanya termasuk produktif di dunia hiburan. Tampil dari panggung ke panggung, televisi, dan radio. Dari kontes ke kontes lainnya. “Kadang menang, kadang kalah,” ungkapnya.

Meski demikian, Ros tidak melupakan sekolahnya. Dan bahkan masih sempat bekerja kantoran. Kerja pertamanya menjadi resepsionis agen properti, kemudian pernah menjadi asisten sekretaris di Lingo Technology, dan sekretaris agen travel, padahal usianya baru 18 tahun. “Malamnya sekolah. Kursus jurusan sekretaris tiga tahun,” tuturnya.

“Bapak saya guru, jadi gak ingin saya larut dalam dunia hiburan,” imbuhnya.

Baru di usia 20, Ros punya grup band sendiri. Namanya Band Irasari, yang banyak membawakan lagu-lagu bergenre pop dan tradisional Melayu. Lima tahun kemudian mendapat tawaran rekaman membuat album lagu pop. Saat itu, di Singapura dangdut sedang ngetop-ngetopnya. Sang produser berubah pikiran setelah membaca pasar. Ros, yang awalnya ditawari album musik pop, berubah haluan ke dangdut. Padahal, Ros dan bandnya sudah menciptakan beberapa lagu pop untuk rekaman tersebut.

“Jadinya ke dangdut,” kata perempuan murah senyum ini.

Tak sia-sia, lagunya yang berjudul Jejaka hits di Singapura, bahkan menjadi lagu terbaik saat itu. Lagu bergenre rock dangdut itu mengantarkan namanya makin terkenal. Album yang diberi judul Yuk Dangdut tersebut juga terjual 3 ribu kaset dan compac disc.

“Itu jumlah yang banyak di Singapura,” katanya.

Ros kembali banjir undangan untuk tampil di layar kaca. Lagunya pun sering diputar di radio. Selain vokalis, Ros juga menyumbang sembilan lirik lagu di album tersebut.

Album kedua terbit di tahun 1998. Rekamannya di Soneta Studio Jakarta. Ada enam lagu, satu lagu baru, sisanya lagu recycle. “Itu pertama kali ke Jakarta,” akunya.

Lagunya yang hits berjudul Pria Idaman dan Salam Sayang. Album ini kembali diterima publik Negeri Singa. Penjualan cd-nya terbaik di Singapura, 3 ribu keping. “Album pertama dapat penghargaan lagu terbaik, album kedua dapat penghargaan album terbaik. Alhamdulillah,” ucapnya lantas tersenyum.

Album ketiganya bergenre pop progresif. Proses rekamannya di tiga negara, Singapura, Indonesia dan Malaysia. Albumnya diberi judul Hanya Untukmu ini disponsori warga Amerika kelahiran Korea. Lagu andalannya Bukan Akhir Segalanya.

Meski digarap dengan bagus, namun pasar Singapura kurang meresponnya. Penjualannya tidak sampai 500 keping. “Penggemar saya tak terima,” tutur penyanyi yang pernah sepanggung dengan Inul Darasista, Tegar, dan Wali Band, beberapa tahun silam di sebuah acara di Singapura itu.

Ternyata, ketenarannya di Negeri Singa tidak membuatnya puas.
“Tak hanya di Malaysia, di Singapura sendiri kami jadi ‘anak tiri’. Orang Singapura berani bayar ratusan juta (Rupiah) untuk artis luar seperti Malaysia dan Indonesia, tapi tidak bagi kami,” ucap ibu dari Wildan Muhamad Farid, 7 itu.

Punya modal bagus, Ros mencoba peruntungan di Malaysia. Apalagi mendapat tawaran dari sponsor Negeri Jiran. Namun tak bertahan lama. Hanya bertahan tiga bulan, kemudian balik lagi ke Singapura. “Artis Singapura itu memang terasa sebagai anak tiri,” tutur perempuan yang pernah duet dengan penyanyi Malaysia, Iwan, di album Dangdut Sedunia dalam lagu Sama Saja.

“Banyak orang yang memanfaatkan saya, diuji bermacam-macam, saya sabar. Mungkin karena saya lembut, banyak kasihan orang,” ucapnya lirih.

Di Singapura, Ros mulai menyanyi rutin di sejumlah klub dangdut ternama, seperti klub Fire, Mawar Dangdut, dan Legenda. “Tamunya banyak orang Indonesia. Kemarin saya jumpa orang sini, dia masih kenal saya. Dia sering ke klub dangdut saat masih bekerja di Singapura,” katanya.

“Nyanyi di klub dangdut tiga tahun. Selanjutnya menyanyi di club English. Lebih dari sepuluh klub di Orchad Road.”

Dari pub-pub itulah Ros mulai belajar menyanyikan lagu-lagu populer dari berbagai negara, seperti lagu Barat, Jepang, Filipina, dan Mandarin. Karena tamu yang datang dari berbagai negara. Otomatis Ros mulai berinteraksi dengan tamu dengan latar belakang bahasa dan budaya. “Yang paling lama (bekerja) di Epanema,” katanya.

Saat itu Ros sudah berumah tangga. Dia menikahi Muhammad Farid. “Saya kenal suami pada tahun 1999, beberapa bulan aja. Dan menikah di bulan Februari tahun 2000. Kami berdua pernah bernyanyi dalam satu band Sense Asian,” paparnya.

Kesibukan manggungnya telah menyita perhatiannya kepada suami. Suami kerja pagi, dia pulang malam. “Saya pulang suami sudah tidur, saya bangun suami udah pergi kerja. Tak nyaman juga, meski saat cuti kami sering pergi liburan.”

Tiga tahun belum dikaruniai buah hati. Akhirnya Ros mengadopsi anak. “Itu udah berhenti kerja di klub, tapi masih show sesekali. Private show, seperti undangan perusahaan atau acara-acara khusus,” ujar komentator Dangdut Academy Asia (DAA 1 dan DAA 2) yang gemar memulai komentarnya dengan pantun ini.

Aktivitasnya tak melulu manggung mengejar dolar, pernah juga Ros diajak penyanyi kawakan Singapura Ramli Sarip, untuk berpartisipasi dalam sweet charity di Penang Malaysia. “Saya jadi penyanyi pembuka. Cuma saya yang nyanyi dangdut,” ungkapnya bangga.

Lima tahun tidak mengeluarkan album, hingga terbit single Beri Tepukan yang Gemuruh, yang direkam Desember 2015, namun baru diluncurkan Maret 2016. Liriknya dikarang sendiri, sedangkan lagu diciptakan oleh Rosyid Patra.

Judul lagu tersebut terinspirasi ucapan yang selalu dilontarkan Kak Ros ketika akan mengomentari peserta Dangdut Academy Asia, yang artinya beri tepukan yang meriah.

Sejak menjadi komentator DAA 1 dan DAA 2 popularitas Kak Ros moncer di Indonesia. Dia dikontrak 40 episode di DAA 1, sekali tayang durasinya 6 jam!

Selama menjadi bagian DAA, Kak Ros sempat bermain peran di FTV Sedekah Tulis Tukang Cendol sebagai pemeran pembantu.

Kepopulerannya diikuti bertambahnya follower di akun Instagram-nya @rosalinamusa yang naik 100 ribu dalam 4 hari saja. “Saya heran dari mana orang-orang ini, hp saya gak berhenti (berbunyi). Selama DAA 1 500 ribu (follower). Itu wow, gila!” ungkapnya.

Jumlah komentar ketika memosting gambar dengan Elvi Sukaesih, komentarnya sampai 5 ribu. “Saya bingung mau balas komentar follower. Gimana mau balas komentar sebanyak itu. Hp pernah heng gara-gara itu. Saya culture shock, (karena) di Singapura biasa saja (tanggapannya), jadi berbeda,” aku Kak Ros.

“Tak apalah, saya pun minat di dunia menyanyi. Saya sekarang akolar-kaler, ajeleher bei (mondar-mandir, plesiran aja, Bahasa Bawean),” selorohnya sambil tertawa.

Namun demikian, Kak Ros tahu diri ketika didapuk menjadi komentator DAA mewakili negaranya. Kak Ros mengaku minder disejajarkan dengan para diva Tanah Air, seperti Elvi Sukaesih, Hetty Koes Endang, Rita Sugiarto, Inul Darasista dan lainnya. “Di DAA 1 itu saya seperi twinkle-twinkle little star, di antara mega star,” ucapnya.

Sebelumnya, Kak Ros mengaku belum pernah tampil di televisi dengan durasi selama itu. “Sebelumnya paling lama dua jam, dua-empat lagu saja, itu pun bergantian dengan penyanyi lainnya. Ini enam jam,” ucap perempuan yang orangtunya berasal dari Sangkapura, Bawean, ini.

Seminggu pertama belum juga percaya diri menjadi komentator DAA karena merasa jadi “twinkle star”. Akhirnya dapat masukan dari komentator Indonesia Soimah dan Ivan Gunawan. “Mereka memotivasi saya agar menjadi diri sendiri saja, yang kalem, adem, banyak memberi kata-kata semangat,” ungkapnya.

Akhirnya, Kak Ros mantap selalu memulai komentarnya dengan pantun dan kalimat ajakan “beri tepukan yang gemuruh‘, dan itulah yang sekarang identik dengan dirinya.

Jika ada yang berkata “beri tepukan yang gemuruh“, orang yang mendengar akan ingat sama Kak Ros.

“Sejak itu, pulang ke Singapura mulai nulis pantun dan rajin mengumpulkan kata-kata bijak dari buku maupun googling,” jelasnya.

Tak pernah berpisah lama dengan keluarga membuatnya rindu. “Hari keempat rindu anak dan suami, batin tersiksa. Saya minta izin sama pihak Indosiar agar diizinkan pulang, padahal hari itu ada kegiatan off air,” tuturnya.

Sejak mengadopsi anak, kata Kak Ros, rezekinya makin lancar. Ada saja undangan yang datang, termasuk diundang kembali menjadi komentator di DAA 2. Follower di akun Instagram-nya pun bertambah berkali-kali lipat menjadi 990 ribu follower, hingga Selasa (7/2/2017). “Iya, sepertinya rezeki mengalir terus.”

Di sela-sela acara DAA 2, Kak Ros juga sempat rekaman dua lagu, yaitu lagu Tup Tup Meletup dan Jumpa Rindu. “Saya selipkan pantun dalam lagu tersebut,” jelasnya.

Ditanya apakah sudah mantap berkarir di Indonesia, Kak Ros menjawab, “ini masalah passion, bukan cari popularity. Ingin merancakkan lagi, cuma mau sharing. Kalau diterima alhamdulillah. Kepuasan sendiri akhirnya,” ungkapnya.

Apa makna dangdut buat Kak Ros? “Dangdut ini macam menyatu bagi saya, sealiran dengan nada. Dengar lagu dangdut langsung enak. Dangdut (jenis) apa saja, tapi yang paling suka rock dangdut,” jawabnya.

Selama 29 tahun meniti karir di dunia hiburan, sebagai penyanyi dari panggung ke panggung, tampil di televisi, dan radio, Kak Ros mengaku baru sekarang lah merasa sebagai artis. Ke mana dia melangkah, rasanya tidak ada yang tidak mengenalnya. Ada saja yang minta foto bareng atau sekadar menyapa. “Kak Ros, Kak Ros boleh foto bareng” sapaan seperti itu kini tak asing lagi buatnya. Seperti yang tampak di lobi Hotel Amir hari itu.

“Di Singapura gak ada yang beginian. Biasa saja,” ucapnya sambil geleng-geleng.

Baginya uang bukan segalanya. Kepuasan menyalurkan hobi menyayinya dan menyenangkan orang lain itulah yang utama. “Uang itu secondary,” pungkas Ros. (***)

NB: Berita ini terbit di Koran Batam Pos tanggal 8 Februari 2017.

~ oleh esont pada November 13, 2020.

Tinggalkan komentar